Rabu, 27 Juni 2007

Brand and Marketing Kota

Kabupaten Karawang memiliki dua wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten lain, jika pengunjung yang berasal dari Bandung, purwakarta, cirebon, subang dan Jawa Tengah hendak menuju Jakarta melalui route jalan lama, pasti mereka memasuki Kabupaten Karawang, tentu saja tanpa terkecuali mereka yang menggunakan jalan tol Cikampek Jakarta, pasti sedikitnya tahu bahwa daerah yang mereka lalui adalah Kabupaten Karawang, demikian halnya mereka yang dari arah Bekasi dan Jakarta yang menuju jawa tengah pun sama melewati Karawang.

Karawang menjadi daerah strategis yang banyak di lalui orang, keunggulan ini sayangnya kurang diperhatikan, padahal kita dapat memanfaatkan peluang dengan memasarkan potensi Kabupaten Karawang kepada setiap orang, dulu di hampir setiap perbatasan Kabupaten terdapat sejenis sign-board besar yang bertuliskan “ Selamat Datang di Kabupaten…” atau sekedar tulisan semboyan kota seperti yang terpampang ketika anda memasuki Kabupaten Garut “ Garut Kota Intan” atau jika anda dari arah Bandung menuju Purwakarta di sana terbentang sejenis gapura yang melintang di atas jalan dengan tulisan “ Selamat Datang Di Kota Purwakarta” sama seperti gerbang yang membentang di jalur masuk menuju kota Karawang dari gerbang Tol Karawang Barat, ini adalah upaya memperkenalkan daerah meskipun belum menyentuh aspek memasarkan daerah dengan strategi positioning yang diarahkan kepada para pengunjung untuk mengingat daerah yang dilaluinya, karena belum lengkap dengan informasi potensi daerah yang sesungguhnya.

Pergeseran paradigma masyarakat memiliki pengaruh yang besar sekali khususnya dalam hal memasarkan daerah, sebut saja Popy Rufaidah, Ph.D (baca harian Pikiran Rakyat Selasa, 29 Mei 2007 di halaman 26) yang menulis artikel mengenai “ keunggulan kota Bandung” sebagai sumber membangun brand provinsi Jawa Barat yang dipresentasikan di Regional Marketing Conference, Launceston, Tasmania Australia yang di garap melalui konsep Marketing & Brand oleh Indonesia Marketing Association Jawa Barat (IMA JABAR), secara garis besar bahwa Brand & Marketing daerah memiliki peran besar bukan saja memperkenalkan potensi daerah yang ada tetapi mempunyai fungsi yang lebih besar sebagai tourism development and marketing yang dapat menarik pengunjung (visit) dari berbagai daerah untuk sekedar menikmati potensi pariwisata sehingga akan terbentuk pula community development yang akan meningkatkan preferensi pengunjung untuk menjadi penduduk di daerah tersebut dan akhirnya tujuan economic development akan tercapai dengan sendirinya.

Tidaklah salah jika kita kemudian beranggapan bahwa peran brand dan marketing daerah untuk memperkenalkan Kabupaten Karawang kepada semua orang akan menjadi satu langkah besar menuju strategi go public karena potensi tersebut memang telah dimiliki Karawang terlebih setelah Industrialisasi menjadi andalannya.

Berbicara mengenai Brand & Marketing daerah Karawang tidak saja terbatas pada sasaran luar daerah, langkah awal yang dinilai penting adalah dengan menanamkan brand yang tepat di kalangan masyarakat Karawang sendiri, sebut saja dalam beberapa hal masyarakat Karawang belum merasa bangga dengan potensi yang di miliki, informasi yang terbatas mengenai pembangunan dan kurangnya keinginan untuk sekedar menghabiskan waktu dengan rekreasi di lokasi pariwisata Karawang, masyarakat lebih banyak memilih daerah lain sebagai tujuan wisata, hal ini tentu berkaitan erat dengan upaya membangun lokasi wisata yang sesuai dengan kehendak masyarakat, dan itu tentunya harus direncanakan dengan matang sehingga brand Kabupaten Karawang di kalangan masyarakat sendiri menjadi lebih baik.

Jika anda pernah berjalan-jalan ke Kabupaten Purwakarta, tentu anda akan mengenal Situ Buleud, yaitu danau yang terletak di jalur kota purwakarta dan menjadi salah satu tujuan wisata setelah Bendungan Jatiluhur, apa yang dilakukan pemerintah kota beserta masyarakatnya dalam mengelola potensi itu patut kita acungi jempol, untuk menciptakan brand & marketing kota purwakarta tidak jarang di gelar berbagai kegiatan dari lomba jalan santai, rally sepeda sampai pergelaran lainnya yang ditujukan bukan saja kepada masyarakat purwakarta sendiri tetapi juga ditujukan kepada pengunjung luar daerah. Komitment yang besar untuk membangun citera Kota yang memang nyaman untuk menjadi tujuan wisata dan investasi.

Bagaimana dengan Kabupaten Karawang?, berbagai upaya dilakukan mulai dari pemasangan sign board dan Gapura kota di beberapa perbatasan juga menggelar berbagai pertunjukan di lapangan Karangpawitan dan dibeberapa tempat wisata serta satu keuntungan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Daerah Jawa Barat yang cukup membantu dalam upaya marketing kota Karawang. Namun hal ini tidak secara langsung dapat memposisikan Karawang di benak para pengunjung jika tidak dilakukan secara berkala, artinya intensitas dari publikasi dan informasi tetap memiliki peran yang cukup besar.

Positioning kota memang cenderung mengarah pada memperkenalkan karakteristik daerah yang terkesan menggelitik rasa penasaran dan keingintahuan orang lain untuk berkunjung atau melihat secara langsung, karena positioning itu sendiri di artikan sebagai “single-statement” yang mengupayakan persepsi terhadap sesuatu -biasanya produk- menjadi unik di benak konsumen, sebut saja Bogor yang dikenal dengan “kota Hujan” atau dikenal dengan komoditi “Talas Bogor” jelas sekali kita akan mengenal bogor ketika misalnya saja Jakarta mengalami Banjir, dan orang akan tertarik untuk membuktikan rasanya Talas Bogor atau sekedar menikmati alamnya yang indah, tentu saja intensitas dari publikasi ini dilakukan terus menerus disamping mengembangkan sub segmen marketing yang dinilai tepat untuk positioning kota.

Apakah Karawang memiliki potensi yang mampu menanamkan persepsi masyarakat mengenai kota Karawang ?, jelas sekali kita tahu bahwa di Indonesia hanya ada satu daerah pangkal perjuangan yaitu Karawang, dan tentunya pula Lumbung Padi menjadi sebuah brand – meskipun trend dari predikat itu mungkin saja telah menurun – yang telah bertahun-tahun lamanya tetap melekat. Tetapi apa yang dapat kita temukan dari kedua-dua predikat tersebut yang dinilai memiliki daya tarik besar untuk dijadikan sebagai keunggulan yang dapat mencapai global marketing daerah Karawang. Yang perlu dilakukan adalah menerapkan beberapa konsep secara komprehensif.

Pertama adalah melalui konsep Pendekatan Penjualan Langsung, penjualan yang dimaksud dalam konsep ini adalah menyampaikan secara langsung informasi kota kepada sekelompok orang atau secara keseluruhan dengan tujuan menarik sebanyak mungkin pengunjung yang dapat mengakses berbagai produk yang ditawarkan – anggap saja daerah dan potensinya menjadi produk yang akan dijual kepada the best possible market– dengan demikian sasaran brand & marketing kota dapat dicapai. Biasanya konsep ini dilakukan dengan menggelar berbagai acara seperti pameran pembangunan dan pameran hasil potensi daerah.

Kedua adalah melalui konsep Pendekatan Perubahan Potensi Daerah, dapat di ibaratkan seorang pengelola Event Organizer yang handal akan mampu melihat peluang dan meminimalkan resiko ketika akan menggelar pertunjukkan, sehingga dapat diperoleh hasil dari pertunjukan yang paling spektakuler dan berkesan di benak masyarakat, upaya ini dilakukan secara sistematis dan benar-benar terorganisir karena mereka tetap pada satu tujuan yaitu menggelar pertunjukkan yang paling menakjubkan. Pada dasarnya mereka hanya menata bagian-bagian tertentu yang dianggap tidak menarik dan seolah-olah “disulap” menjadi cukup menarik, bukan menyingkirkan atau membuang sesuatu yang dinilai merusak “pemandangan” penonton tapi justeru memanfaatkannya menjadi satu daya tarik yang dapat mengalihkan perhatian orang. Pendekatan ini yang dapat diterapkan, yaitu merubah dan menata potensi daerah dari yang dianggap “kurang menarik” menjadi tampak demikian anggun dan “menggelitik” benak masyarakat. Siapapun yang pernah berkunjung ke Jogjakarta pasti akan menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan di sepanjang jalan Malioboro, jalan yang dipadati oleh para pedagang mulai dari toko hingga PKL, dari restaurant sampai dengan “Lesehan”, dan kesemuanya ini menciptakan daya tarik tersendiri di benak pengunjung, sesuatu yang dipandang “tidak menarik” dengan penataan sedemikian rupa menjadi “menarik” dan memiliki nilai jual.

Kemudian purwakarta dengan Situ Buleud yang sebenarnya letak dan kondisinya merupakan lahan tidak produktif ditengah kota dan cenderung dianggap penghalang pembangunan, tetapi dengan tangan kreatif dan manajemen pembangunan yang baik menghasilkan satu keunggulan yang tidak dimiliki daerah lain di Jawa Barat, dan ini dibuktikan dengan banyaknya pengunjung baik dari dalam maupun luar kota purwakarta yang sekedar menghabiskan waktu untuk refreshing menikmati keindahannya.

Tidak kalah menarik juga Bendungan Walahar di Kecamatan Klari yang sekarang terlihat cukup berpotensi untuk dikembangkan menjadi keunggulan Kabupaten Karawang yang dapat menarik pengunjung, peran Konsultan untuk menata bagian-bagian ini agar menjadi semakin menarik perhatian orang sangat dibutuhkan, seperti event organizer yang dapat menggelar konser paling spektakuler hanya dengan memanfaatkan sesuatu yang “kurang” menjadi “lebih” menarik.

Ketiga, adalah melalui Metode Perubahan Dramatis, Inul Daratista adalah penyanyi dangdut yang terkenal dengan “goyang ngebor”nya, hanya dalam waktu singkat penyanyi ini mampu mencapai puncak kejayaan dipapan atas penyanyi dangdut sukses, apa yang dilakukan oleh penyanyi yang sebelumnya hanya pentas dipanggung hiburan masyarakat kemudian “meroket” hingga menembus pasar nasional?, Kecerdasannya untuk melakukan perubahan dramatis dalam pentasnya membuat dia terkenal, jika saja Inul Daratista hanya penyanyi dangdut biasa yang Cuma menjual suara, maka kecil kemungkinan dia menjadi “ratu ngebor” yang terkenal, tetapi perencanaan yang matang – tentunya demikian rumit dan membutuhkan waktu panjang – telah mengntarkannya menuju celebrityhood, yang kemudian diikuti oleh banyak penyanyi baru di belantika musik dangdut sebagai musik cirri khas masyarakat Indonesia.

Langkah menuju perubahan dramatis memungkinkan daerah memiliki potensi untuk dijual kepada masyarakat, Si Manis Jembatan Ancol telah mencapai positioning Pariwisata Ancol yang melekat erat dibenak Masyarakat, tempat yang dulu dianggap ‘angker’ dan terkesan menyeramkan telah “disulap” total menjadi tempat wisata dengan seribu satu macam sajian wisata yang menarik.

Karawang, Purwakarta dan Cikarang yang membangun pusat belanja terbesar beberapa waktu belakangan juga mampu menarik pengunjung untuk membelanjakan uangnya di sana, perubahan ini mampu menempatkan daerah hingga dikenal oleh masyarakat.

Pada dasarnya semua konsep tersebut di atas telah dilaksanakan oleh setiap daerah, namun meski demikian intensitas yang terus menerus dilakukan serta menata kembali dan menciptakan kedua bagian (perubahan potensi daerah dan perubahan dramatis) dianggap cukup memiliki peran paling besar untuk mengarahkan daerah kepada posisi marketing yang lebih baik.

Mungkin anda setuju dengan pendapat di atas.??

Tidak ada komentar: